BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus adalah anak
dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam
ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,
kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan
kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa
dan anak cacat.Belum semua penyebab anak berkebutuhan khusus dapat diketahui,
namun sudah banyak faktor penyebab yang dapat kita ketahui. Berdasarkan waktu
terjadinya, ada beberapa penyebab anak berkebutuhan khusus. Penyebab pertama
terjasi pada masa prenatal, yaitu penyebab yang terjadi sebelum
kelahiran. Artinya, pada saat janin masih berada dalam kandungan, sang ibu terkena
virus, mengalami trauma atau salah minum obat. Penyebab kedua pada masa prenatal,
yaitu penyebab yang muncul pada saat proses kelahiran, seperti terjadinya
benturan atau infeksi ketika melahirkan, dan proses kelahiran dengan penyedotan
(di-vacuum). Penyebab ketiga pada masa postnatal, yaitu penyebab
yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan jatuh atau terkena
penyakit tertentu. Observasi
yang dilakukan di Kelas
II A/B SLB Dharma Asih Pontianak diharapkan bisa menambah pengalaman dan
meningkatkan pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana pendidikan anak berkebutuhan khusus di SLB
Dharma Asih Pontianak?
2. Bagaimana dengan mata pelajaran yang diberikan kepada
anak berkebutuhan khusus di SLB Dharma Asih?
C.
Tujuan
1. Mengetahui bagaimana pendidikan anak berkebutuhan
khusus di SLB Dharma Asih Pontianak
2. Mengetahui mata pelajaran apa saja yang diberikan
untuk anak berkebutuhan khusus di SLB Dharma Asih
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sekolah
Luar Biasa
Pendidikan di
Indonesia mempunyai berbagai macam tingkat dan jenis yang diperuntukkan pada
anak Indonesia dengan berbagai karakteristik dan kemampuan serta kebutuhan yamg
berbeda. Begitu juga dengan Anak Berkebutuhan Khusus. Anak anak ini mempunyai
hak untuk memperoleh pendidikan dan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan
anak-anak normal lainnya. Anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus ini
bersekolah di Sekolah Luar Biasa atau yang biasa disingkat dengan SLB.
Pendidikan nasioanl bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Berdasarkan fungsi
dan tujuan pendidikan tersebut maka setiap warga negara memiliki hak untuk
mendapatkan pendidikan. Seperti tertuang dalam UU RI nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 bahwa setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini suatu satuan
pendidikan yang diselenggarakan tidak membedakan jenis kelamin, suku, ras,
kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan tidak terkecuali juga para
penyandang cacat. Khusus bagi para penyandang cacat juga disebutkan dalam UU RI
Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan
fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus. Pendidikan khusus yang dimaksud adalah pendidikan luar biasa.
Pendidikan luar biasa, seperti yang termuat dalam Undang – Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 50: menjelaskan
bahwa pendidikan diarahkan pada pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian
anak, bakat, kemampuan mental, dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang
optimal. Pendidikan luar biasa bertujuan untuk membekali siswa berkebutuhan
khusus untuk dapat berperan aktif didalam masyarakat. Dalam PP No. 72 tahun
1991 dijelaskan bahwa :
Pendidikan luar
biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau
agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sebagai pribadi
maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan
lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan
dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan
(www.theceli.com/dokumen/produk/pp/1991/72-1991.html).
Dalam penyelengaran
pendidikan luar biasa, Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa
mengklasifikasikan pendidikan kedalam lima bidang, yaitu:
◦
SLB/A, untuk para tunanetra
◦
SLB/B, untuk para tunarungu
◦
SLB/C, untuk para tunagrahita
◦
SLB/D, untuk para tunadaksa
◦
SLB/E, untuk para tunalaras
Setiap anak diklasifikasikan dan dimasukkan ke
dalam golongan kebutuhan mereka dan memperoleh kebutuhan yang disediakan di
sekolah yang sesuai dengan kebutuhan mereka.Disekolah tersebut kemudian mereka
diajari oleh tenaga pengajar yang khusus menangani kebutuhan mereka
masing-masing, dengan alat alat bantu yang dibutuhkan sesuai dengan golongan
kebutuhan mereka.
B.
Anak
Berkebutuhan Khusus di Kelas II A/B SLB Dharma Asih Pontianak
Pada kesempatan kali ini, kelompok kami
mendapat kesempatan untuk mengobservasi tentang pendidikan di kelas II A/B SLB
Dharma Asih Pontianak. Kelas II A/B ini merupakan kelas gabungan antara kelas
II A dan kelas II B karena jumlah murid yang sedikit, namun dikelas ini tetap
diajar oleh dua orang guru. Pada kelas ini terdapat beberapa jenis anak
berkebutuhan khusus antara lain ada anak tunagrahita, tunaganda, dan autis.
Berikut nama peserta didik di kelas II A/B beserta ketunaannya :
Kelas II A
No
|
Ketunaan
|
Nama
|
Jenis kelamin
|
1
|
C1
|
Audityhia Derasta
|
Perempuan
|
2
|
C1
|
Fahzihad Ramadhan
|
Laki-laki
|
3
|
C
|
Ikhsan Saifulloh
|
Laki-laki
|
4
|
C1
|
Muhammad Redha
|
Laki-laki
|
5
|
C1
|
Nazwa Azzahra
|
Perempuan
|
Kelas II B
No
|
Ketunaan
|
Nama
|
Jenis Kelamin
|
1
|
Au
|
Fairuszsyahrun Nawa
|
Perempuan
|
2
|
D1/Ganda
|
Figo Alexander
|
Laki-laki
|
3
|
C1
|
Fitri Maryati Sirefar
|
Perempuan
|
4
|
C1
|
Maulyda Salsabila Putri
|
Perempuan
|
5
|
C1
|
Wilsen
|
Laki-laki
|
1.
Tunagrahita
Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental,
keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation).Retardasi mental
adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yng ditandai dengan lemahnya kecerdasan
(biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan
sehari-hari. Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual.
Selain intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri
dan berkembang.
Pada kelas II A anak tunagrahita digolongkan menjadi
dua tipe, yaitu :
a.
Educabel
Pada kategori
ini anak-anak yang bersekolah adalah yang mampu didik atau yang disebut dengan
anak-anak dengan retardasi mental ringan. Mereka dapat dididik sampai dengan
kelas 5 atau 6 sekolah dasar dan dapat dikategorikan kedalam ketunaan C.
b.
Trainable
Kategori Trainable atau mampu latih dapat diberikan
pada anak-anak dengan retardasi mental moderat, yang bisa dilatih merawat
dirinya sendiri, pertahanan diri, cara makan, minum, dan mandi, dan dapat juga
dilatih untuk berkerja agar dapat mencari nafkah sendiri nantinya. Anak-anak
ini dikategorikan dalam ketunaan C1.
Metode pengajaran yang dilakukan oleh guru kelas II
A/B SLB Dharma Asih Pontianak menurut hasil observasi yang kami lakukan ialah
tergantung dari kategori yang mereka sandang contohnya pada saat observasi,
guru mengajarkan Audityhia Derasta atau yang dipanggil Audi yang masuk dalam
kategori tunagrahita C1 tentang merawat dirinya sendiri, makan dan minum dengan
benar. Guru mengajarkan audi untuk mengelap mulutnya yang penuh dengan
ileran/air liur dengan menggunakan sapu tangan. Audi dituntun untuk mengelap
mulutnya sendiri. Serta pada saat bel istirahat berbunyi, guru mengajarkan
murid-muridnya untuk makan dengan menggunakan tangan kanan dan tidak
berantakan, disini menunjukan bahwa guru mengajarkan murid-muridnya untuk dapat
merawat dirinya sendiri, cara makan dan minum yang baik. Selain itu pada saat
pembelajaran guru menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara yang
jelas. Ada beberapa anak yang harus melakukan kontak mata terlebih dahulu agar
mau menuruti perkataan gurunya dan suara guru yang mengajar harus jelas. Sehingga
guru dapat membangun komunikasi yang baik dengan murid sehingga murud merasa
nyaman saat belajar.
2.
Autisme
Pada kelas II
B terdapat satu anak yang tergolong Autis atau pada tabel ketunaan disingkat
dengan Au yang berarti autis. Pada kelas ini hanya Fairuszsyahrun Nawa yang
masuk dalam ketunaan autis. Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks
menyangkut komunikasi,
interaksi sosial, kognisi, dan aktivitas
imajinasi. Seseorang baru dapat
dikatakan termasukkategori Autisme,
bila ia memiliki hambatanperkembangan dalam tiga
aspek yakni kualitas kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang
kurang dalam kemampuan
komunikasi timbal balik, minat
yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan. Ketiga hal tersebut terdapat dalam
Firuszsyahrun Nawa atau yang dipanggil Nawa. Pada saat observasi, kami mencoba
melakukan komunikasi kepada Nawa dan yang terjadi adalah tidak adanya
komunikasi timbal balik, dimana pada saat kami mencoba bertanya hal-hal dasar
seperti nama dan umur namun Nawa tidak dapat memahaminya, serta guru yang
berada didalam kelas mengatakan bahwa Nawa tidak dapat diajak berkomunikasi
dengan baik, hanya kadang-kadang saja ia dapat mengerti apa yang kita maksud
melalui isyarat. Emosional yang dimiliki oleh Nawa terbilang cukup cukup
sensitif, ia akan marah jika ada temannya yang menyentuh barangnya.
Metode pembelajaran yang dilakukan guru pada Nawa yaitu
dengan mengajarkannya secara individual atau one by one, guru akan datang
kebangku Nawa dan mengajarkannya tentang pelajaran hari itu. Dimana pada saat
observasi yg kami lakukan guru mengajarkan tentang buah-buahan dan cara
mewarnainya. Menurut guru yang mengajar Nawa, ia mengatakan bahwa anak autis
akan mudah mengerti pelajaran dengan visual seperti gambar-gambar. Maka dari
itu guru tersebut menggambarkan beberapa buah-buahan pada buku Nawa, memberi
contoh cara mewarnainya kemudian menyuruh nawa untuk mewarnainya sendiri serta
dibawah gambar buah-buahan tersebut terdapat nama dari buah tersebut seperti
apel, jeruk dan lain-lain. Selain itu
Guru juga mengajarkan nawa agar dapat berkomunikasi dua arah atau komunikasi
timbal balik dimana bukan hanya guru yang dapat mengerti maksud perkataan Nawa
tapi Nawa juga diajarkan agar dapat mengerti maksud perkataan guru. Dalam hal
ini guru mengajarkan komunikasi dalam bentuk isyarat atau gerak tubuh. Guru
berkata-kata dan disertai dengan gerakan tubuh yang mengarah pada maksud dari
perkataannya seperti saat guru mengatakan “tidak boleh” maka guru tersebut
mengatakan kata “tidak boleh” disertai dengan gerakan isyarat atau gerak tubuh
geleng-geleng kepala dan gerakan tangan yang mengarah pada maksud dari
perkataannya tersebut.
3.
Ganda
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut anak tunaganda adalah
anak tunamajemuk anak
cacat ganda anak cacat majemuk multiple handicaps multiple disabilities.
Tuna ganda
adalah anak-anak yang mempunyai masalah-masalah jasmani,mental atau emosional
yang sangat berat atau kombinasi dari berbagai masalah, memerlukan pelayanan
pendidikan,sosial, psikologis dan medik yang melebihi pelayanan program
pendidikan luar biasa reguler,agar potensi mereka dapat berkembang secara
maksimal sehingga berguna dalam partisipasi di masyarakat dan dapat memenuhi
kebutuhan sendiri. Klasifikasi
anak Tunaganda
Pada dasarnya ada beberapa kombinasi kelainan, di antaranya:
1. Kelainan utamanya tunagrahita.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetrainilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
2. Kelainan utamanya tunarungu.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
Pada dasarnya ada beberapa kombinasi kelainan, di antaranya:
1. Kelainan utamanya tunagrahita.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetrainilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
2. Kelainan utamanya tunarungu.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
3.
kelainan utamanya tunanetra.
Gabungannya dapat berwujud tunalaras, tunarungu, dan kelainan yang
4. Kelainanan utamanya tunadaksa.
Gabungannya dapat berwujud tunagrahita, tunanetra, tunarungu, gayaemosi, dan kelainan lain.
5. Kelainan utamanya tunalaras.
Gabungannya dapat berwujud austisme dan pendengaran.
6. Kombinasi kelainan lain.
Gabungannya dapat berwujud tunalaras, tunarungu, dan kelainan yang
4. Kelainanan utamanya tunadaksa.
Gabungannya dapat berwujud tunagrahita, tunanetra, tunarungu, gayaemosi, dan kelainan lain.
5. Kelainan utamanya tunalaras.
Gabungannya dapat berwujud austisme dan pendengaran.
6. Kombinasi kelainan lain.
Pada kelas ini hanya Figo
Alexander yang masuk kedalam kelompok tunaganda yakni kelainan utamanya
tunadaksa dan gabungannya yaitu tunagrahita. Tuna Daksa
Berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Perilaku yang ditunjukkan Figo yakni selalu menyendiri,selama jam pelajaran Figo tidak pernah terlihat sekalipun berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang disekitarnya baik teman-teman maupun gurunya. Figo hanya fokus menonton video dari Handphone yang dibawanya dan sesekali Figo mengeluarkan kaset-kaset miliknya yang dibawanya dan melihat gambar-gambar yang ada pada kulit kaset tersebut. Saat diajak berkomunikasi oleh gurunya Figo hanya diam dan tidak ada respon dari Figo. Karena Figo merupakan anak yang menderita tunadaksa yakni kelainan pada indra pendengarannya sehingga pada saat guru menjelasakan dan mengajak Figo untuk berkomunikasi, sang guru harus memperbesar volume suara dan memberikan penekanan kata agar Figo dapat mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya.
Berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Perilaku yang ditunjukkan Figo yakni selalu menyendiri,selama jam pelajaran Figo tidak pernah terlihat sekalipun berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang disekitarnya baik teman-teman maupun gurunya. Figo hanya fokus menonton video dari Handphone yang dibawanya dan sesekali Figo mengeluarkan kaset-kaset miliknya yang dibawanya dan melihat gambar-gambar yang ada pada kulit kaset tersebut. Saat diajak berkomunikasi oleh gurunya Figo hanya diam dan tidak ada respon dari Figo. Karena Figo merupakan anak yang menderita tunadaksa yakni kelainan pada indra pendengarannya sehingga pada saat guru menjelasakan dan mengajak Figo untuk berkomunikasi, sang guru harus memperbesar volume suara dan memberikan penekanan kata agar Figo dapat mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya.
C.
Mata
Pelajaran
Dari segi mata pelajaran
anak-anak berkebutuhan khusus di kelas II A/B juga
mendapatkan pelajaran berupa mata pelajaran Tematik, Penjas Adaptif, Agama dan
Budi Pekerti, Program Khusus dan SBK.
1.
Tematik
Anak
Berkebutuhan Khusus juga diberikan mata pelajaran tematik . Pembelajaran
tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna bagi peserta didik.
2.
Penjas
Adaptif
Pendidikan Jasmani Adaptif Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama
dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek
dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif
merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh
(comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah
dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki
masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari
keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar.
Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan mengkoreksi
kelainan dan keterbatasan tersebut.
3.
Agama
dan Budi Pekerti
Pendidikan
agama yang diberikan sesuai dengan agama dari masing-masing anak berkebutuhan
khusus.
4.
Program
Khusus
Mata
pelajaran program khusus diberikan pada anak-anak kelas 3 keatas. Rangkaian
kegiatan yang dilakukan peserta didik antara lain belajar cara memakai baju dan
celana dengan benar, belajar cara menyikat gigi dengan baik dan benar,belajar menjahit
dan juga belajar memasak
BAB
III
A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan
khusus (ABK) mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan dan memiliki kebutuhan
yang berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Anak-anak yang mempunyai
kebutuhan khusus ini bersekolah di Sekolah Luar Biasa atau yang biasa disingkat
dengan SLB. Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang
menyandang kelainan fisik dan atau agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan,
dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan
hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta
dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan
lanjutan. Observasi yang dilakukan di kelas II A/B SLB Dharma Asih Pontianak
bertujuan untuk lebih memahami cara belajar anak berkebutuhan khusus dan cara
mengajar guru-guru di SLB Dharma Asih Pontianak khususnya di kelas II A/B. Pada
kelas ini terdapat beberapa jenis anak berkebutuhan khusus antara lain ada anak
tunagrahita, tunaganda, dan autis. Pengajaran yang diberikanpun pada
masing-masing anak berbeda sesuai dengan kebutuhan dan jenis ketunaan yang
diderita anak.
B.
Saran
Sebagai calon guru
kita sudah seharusnya lebih memahami cara mendidik dengan baik sehingga
menghasilkan hasil didik yang lebih optimal. Dan juga dengan mempelajari dan
mengobservasi pendidikan di Sekolah Berkebutuhan Khusus diharapkan pengalaman
dan pengetahuan yang kita dapatkan bisa kita implementasikan ke kehidupan kita
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA