Minggu, 11 Juni 2017

Makalah Pendekatan Sains, Teknologi, Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran IPS



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Kedudukan konsep ilmu, teknologi dan kemasyarakatan semakin penting dalam era masyarakat modern yang banyak menimbulkan masalah-masalah kompleks. Kenyataan ini akan semakin dirasakan apabila dalam penjelasanya memberi informasi lebih jauh bahwa pemecahan masalah-masalah tersebut menghendaki adanya kedudukan dari berbagai disiplin ilmu.
IPS sebagai mata pelajaran di lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis. Hal ini terbukti dengan banyak ide atau pemikiran dari para ahli seperti Robert E. Yager yang memasukkan ilmu, teknologi dan masyarakat(ITM) baik sebagai bidang penerapan dan hubungan, kreativitas dan sikap, maupun konsep dan proses.
            Ilmu, teknologi dan masyarakat (ITM) merupakan istilah yang diterapkan sebagai upaya untuk memberikan wawasan kepada siswa secara nyata dalam mengkaji ilmu pengetahuan. Konsep ITM mencakup keseluruhan spektrum tentang peristiwa-peristiwa kritis dalam proses pendidikan, meliputi tujuan, kurikulum, strategi pembelajaran, evaluasi dan persiapan serta penampilan guru. Ciri dasar keberadaan ITM adalah lahirnya warga negara yang berpengetahuan yang mampu memecahkan masalah-masalah krusial dan mengambil tindakan secara efisien dan efektif.
            Dalam Djojo Suradisastra (1991) menyatakan bahwa IPS lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk “membekali” para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang seringkali berkembang secara tidak terduga merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dan dunianya. Perkembangan seperti itu dapat membawa berbagai dampak yang  luas. Karena luasnya akibat terhadap kehidupan maka lahir masalah yang seringkali disebut masalah sosial. Peserta didik perlu menyadari tantangan-tantangan menghadapi gejala-gejala yang seperti itu. Pada dasarnya, IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya.
Yang menjadi pokok kajian  IPS  ialah tentang hubungan antarmanusia, sedangkan latar telaahnya adalah kehidupan nyata manusia. Perlu disadari bahwa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu memahami keluasan dan kedalaman 4 masalah-masalah sosial secara utuh. Akan tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS mereka dapat memperoleh pangetahuan, keterampilan, sikap, dan kepakaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya mereka kelak diharapkan mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Dari uraian diatas, secara umum pembelajaran IPS akan melibatkan peserta didik dengan lingkungan disekitarnya dengan menumbuhkembangkan kesadaran dan kepekaan tentang gejala dan masalah sosial. Salah satu cara sebagai langkah strategis yang perlu diambil oleh guru untuk dapat menciptakan sumber daya manusia berkualitas adalah dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Dalam hal ini pendekatan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).  STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan/kinerja guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian informasi dan dalam evaluasi. Tujuan utama pendekatan STM ini adalah untuk menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat sehingga dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya.


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka di rumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa itu Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) ?
2.      Apa Hakikat Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ?
3.      Bagaimana kaitannya Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPS ?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian Sains Teknologi Masyarakat
2.      Untuk mengetahui Hakikat Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM).
3.      Untuk mengetahui kaitannya Pendekatan STM dalam Pembelajaran IPS.


BAB II
ISI

1.      Pengertian Sains Teknologi dan Masyarakat
Menurut NSTA Report (1991 dalam Rusmansyah 2001) Sains-Teknologi-Masyarakat merupakan terjemahan dari Sains-Technogy-Society (STS), yaitu suatu usaha untuk menyajikan Ilmu Pengetahuan Alam dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata. STM adalah suatu pendekatan yang mencakup seluruh aspek pendidikan yaitu tujuan, topik/masalah yang akan dieksplorasi, strategi pembelajaran, evaluasi, dan persiapan/kinerja guru. Pendekatan ini melibatkan siswa dalam menentukan tujuan, prosedur pelaksanaan, pencarian  informasi dan dalam evaluasi. Tujuan utama pendekatan STM ini adalah untuk menghasilkan lulusan yang cukup mempunyai bekal pengetahuan sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat sehingga dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang diambilnya.
Dalam kaitannya dengan bidang IPS, Aikenhead (1991 dalam Fajar 2004) memberikan batasan society is the social milieu. Society merupakan lingkungan pergaulan sosial serta kaidah-kaidah yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Ryan (1992 dalam  Fajar 2004) menguraikan pengaruh sains dan teknologi terhadap masyarakat (society), yaitu dalam tanggung jawab sosial, kontribusi terhadap keputusan sosial, membentuk masalah sosial, menyelesaikan masalah praktis dan sosial, serta kontribusi terhadap ekonomi, militer, dan berpikir sosial. Horton (1984) mendefinisikan masyarakat sebagai suatu organisasi manusia yang saling berhubungan satu sama lain.


2.      Hakikat Pendekatan STM
Istilah STM antara lain: Sains-Teknology-Society (STS), Science Tehcnology Society and Environtment (STSE) atau sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat (Salingtemas). Sebenarnya intinya sama yaitu environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Istilah STM untuk pertama kali diciptakan oleh John Ziman dalam bukunya “Teaching and Learning About Scince and Society” Ia mengemukakan bahwa konsep-konsep dan proses sains seharusnya sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari (Iim Wasliman. 2002:26).
STM merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan pendekatan STM adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya (Iskandar. 1996).
Pendekatan STM dikembangkan dengan tujuan agar :
a.       Peserta didik mampu menghubungkan realitas sosial dengan topik pembelajaran di dalam kelas.
b.      Peserta didik mampu menggunakan berbagai jalan/perspektif untuk mensikapi berbagai isu/situasi yang berkembang di masyarakat.
c.       Peserta didik mampu menjadikan dirinya sebagai warga masyarakat yang memiliki tanggung jawab sosial.
Keterpaduan dalam sains sebenarnya terdiri dari beberapa pola, antara lain keterpaduan proses dan produk, keterpaduan berbasis obyek, keterpaduan antar bidang, dan keterpaduan berbasis persoalan. Bagi siswa SD, khususnya untuk kelas tinggi memiliki kecenderungan pada keterpaduan berbasis persoalan, karena idealnya untuk pembelajaran kelas tinggi sudah menggunakan sistem guru bidang studi. Sedangkan untuk kelas rendah memiliki kecenderungan untuk mengikuti pola keterpaduan antar bidang, karena biasanya masih menggunakan sistem guru kelas. Keterpaduan antar bidang ini diwujudkan melalui tema tematik.
IPS adalah salah satu bidang studi yang rumit karena luasnya ruang lingkup dan merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial, seperti geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, dan antropologi. IPS sebagai disiplin operasional yang efektif dan memperhatikan studi tentang manusia di masyarakat, memainkan peranan sangat penting dalam situasi global sekarang ini. Namun demikian yang kita jumpai dalam kenyataan, pengajaran IPS didominasi oleh proses pembelajaran yang menggunakan buku literatur. Sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa pengajaran IPS hanya menghafal konsep dan tidak bermakna, tidak relevan dengan apa yang dihadapi siswa dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat.
Melalui proses pembelajaran STM akan mengantarkan siswa untuk melihat ilmu sebagai dunianya, siswa akan mengenal dan memiliki pengalaman sebagaimana yang pernah dialami oleh seorang ilmuwan. STM dengan teknologinya berusaha menyembatani antara ilmu dan masyarakat. Penerapan ilmu sudah saatnya terus dikembangkan agar apa yang diperoleh di bangku sekolah tidak lagi hanya sebatas pengetahuan yang sulit dipahami karena hanya berupa konsep-kosep abstrak, sehingga sulit diterapkan di dalam masyarakat.
Menurut Yager (Arnie Fajar.2002:27), secara umum pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM memiliki karakteristik, sebagai berikut:
a.       Identifikasi masalah-masalah setempat yang memiliki kepentingan dan dampak.
b.      Penggunaan sumber daya setempat (manusia, benda, lingkungan) untuk mencari informasi yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.
c.       Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Penekanan pada keterampilan proses, dimana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah.
e.       Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara dimana ia mencoba untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi.
f.       Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak kepada masyarakat di masa depan.
g.      Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
Menurut Rusmansyah (2003) dalam Aisyah (2007), pendekatan STM dilandasi oleh tiga hal penting yaitu:
1)      Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi, dan masyarakat yang dalam pembelajarannya menganut pandangan konstruktivisme, yang menekankan bahwa si pembelajar membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan,
2)      Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.
3)      Dalam pembelajaran terkandung lima ranah, yaitu pengetahuan, sikap, proses, kreativitas, dan aplikasi.

3.      Pendekatan STM dalam pembelajaran IPS
Keterkaitan antara sains, teknologi, dan masyarakat tidak diragukan lagi, ini dapat dipahami malaui pernyataan-pernyataan berikut ini. Sebuah komite nasional Amerika yaitu National Committee Science and Society (NCSS), mengeluarkan buku yang berjudul “Ilmu Eksakta dan Ilmu Pengetahuan Sosial” menunjukkan betapa pentingnya membahas dampak sosial dari kemajuan dan permasalahan ilmiah. Buku ini menjadi tonggak dalam upaya memperkenalkan pentingnya STM sebagai jembatan antar program eksakta dan program IPS.
William H. Cartwright (Arnie fajar. 2002;36), menyatakan bahwa ilmu alam dan ilmu sosial mempunyai kaitan erat dan tidak dapat dipisahkan. Dampak ilmu alam kepada masyarakat merupakan fenomena sosial. Pengaruh kemajuan ilmiah dan teknologi, pertanian, kesehatan, dan perang juga berpengaruh terhadap masyarakat. inipun juga merupakan fenomena sosial.Pemikiran ilmiah akan berpengaruh terhadap alam di mana masyarakat bertempat tinggal. Dengan kenyataan di atas maka kita harus menyadari bahwa memang ada kaitan erat antara ilmu alam dengan ilmu pengetahuan sosial.
Pada awalnya pendekatan STM ini diperuntukkan bagi mata pelajaran IPA, akan tetapi pada perkembangan selanjutnya dikembangkan untuk mata pelajaran IPS. Dengan alasan, banyak sekali isu-isu atau masalah-masalah dan menarik di dalam kehidupan masyarakat dan sangat dekat dengan kajian IPS. Untuk mengatasai isu atau masalah yang timbul di masyarakat tersebut, siswa dapat mengaplikasikan konsep pendidikan STM yang telah dipelajari. Sangat dimungkinkan dalam prosesnya terdapat keterkaitan dengan aplikasi konsep IPA.
Perkembangan sains dan teknologi dapat menimbulkan perubahan masyarakat. Seperti analisis yang dilakukan oleh Mead, bahwa perubahan masyarakat itu diakibatkan oleh masuknya pengaruh asing yang berupa teknologi. Masuknya teknologi dalam masyarakat ternyata tidak hanya mengubah kondisi kehidupan masyarakat, tetapi juga dapat merubah cara hidup manusia dalam masyarakat tersebut. (Mead. 1962:288).
Sains dan teknologi sangat erat hubungannya dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Dinamika kehidupan masyarakat menuntut adanya berbagai inovasi dalam bidang sains dan teknologi yang mengarah pada seluruh aspek kehidupan manusia. Pada taraf teknologi mutakhir sekarang ini, sarjana sains dan teknologi hanya dapat hidup dan berkarya dalam suatu struktur masyarakat.
Dunia teknologi sudah mengambil skala dunia dan semakin menyatu dengan totalitas ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan militer. (Mangunwijaya;1983). Dengan demikian antara sains, teknologi, dan masyarakat terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Sains dan teknologi dihasilkan oleh dan untuk masyarakat, perkembangan sains dan teknologi ditentukan oleh dinamika kehidupan masyarakat, sebaliknya masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi.
Kemajuan sains dan teknologi seringkali berdampak pada terjadinya masalahmasalah dalam masyarakat. Hal ini disebabkan kemajuan sains dan teknologi sering tidak diiringi kesiapan dari masyarakat termasuk peserta didik. Misalnya berbagai siaran televisi melalui satelit komunikasi, menimbulkan berbagai permasalahan terhadap anak didik, misalnya menjadi malas belajar, dan mudah meniru hal-hal yang negatif dari adegan film. Pencemaran dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik biologis, dan mental psikologis, dan masih banyak contoh lagi dari kehidupan sekitar kita.
Dampak negatif dari perkembangan dan penerapan sains dan teknologi mengakibatkan berbagai ketimpangan, misalnya goncangan fisik (pshysical shock) dan kejiwaan (psychological shock).
Cobalah Anda amati dan hayati, kedatangan turis dari manca negara ke Indonesia mempengaruhi tingkah laku maupun budaya masyarakat setempat, dimana para remaja merasa gaul dan rasa percaya diri tinggi jika mengikuti mode dari luar, misalnya cara berpakaian, perilak, makanan, potongan dan warna rambut. Selain itu juga menyebabkan munculnya masalah perilaku individu atau masyarakat terhadap berbagai penyakit sosial. Misalnya di tempat-tempat wisata, seperti tempat wisata Kaliurang di lereng gunung Merapi dan pantai Parangtritis di Yogyakarta akan muncul wanita tuna susila, mereka ini merupakan media penularan penyakit AIDS yang sangat menakutkan karena sampai sekarang belum ditemukan obatnya. Penyakit ini disebabkan oleh, virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia, dimana penyebarannya dapat melalui kontak seksual dari pengidap atau penderita kepada penerima pertama. Selanjutnya penyakit tersebut dapat menular kepada pasangannya. Penggunaan alat-alat suntik yang tidak steril juga dapat menyebarkan penyakit tersebut dengan cepat.
IPS merupakan hasil integrasi dari ilmu-ilmu sosial (sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi) harus mampu mensintesiskan konsep yang relevan antara ilmu-ilmu sosial tersebut. Selain itu kiranya perlu dimasukkan unsur-unsur pendidikan dan masalah-masalah sosial dalam hidup bermasyarakat (M.Norman Somantri.2001;198).
Dengan demikian IPS dapat mengkcounter berbagai permasalahan sosial yang ditimbulkan oleh perkembangan sains dan teknologi. IPS dapat dijadikan media dalam memberikan pemahaman tentang sains dan teknologi dalam kehidupan manusia.
Peran IPS disini bukan sebagai pencetak ilmuwan, melainkan lebih mengutamakan pada berpikir bagaimana menghadapi dampak sosial sebagai akibat perkembangan dan penerapan sains dan teknologi. Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat menerima berbagai hasil sains dan teknologi disertai dengan pemahaman yang cukup. Pada akhirnya diharapkan mereka dapat menerima hasil teknologi tanpa disertai gejolak-gejolak sosial, bahkan dapat digunakan untuk kemajuan masyarakat itu sendiri.
Sehubungan hal di atas menurut Pejiadi (2002), pendidikan sains yang pada mulanya hanya menekankan pada pembelajaran konsep dan proses sains untuk meningkatkan aspek kognitif saja. Tetapi dengan melihat kenyataan di atas perlu pula dikembangkan aspek afektif yaitu nilai dalam bentuk kepedulian terhadap lingkungan, yaitu kepedulian terhadap kemungkinan-kemungkinan dampak negatif dari perkembangan sains dan teknologi. Dengan demikian jelas bahwa konsep-konsep pendidikan IPS telah dimasukkan kedalam pengkajian pendekatan STM. Artinya pendidikan IPA dan IPS memang mempunyai kaitan yang sangat erat dan saling melengkapi.
Pendekatan STM ini sesuai dengan hakikat Kurikulum Berbasis Kompetensi 2001, yaitu merupakan upaya untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi. Dengan demikian tanggung jawab siswa sebagai warga masyarakat dituntut kesediaanya untuk mengambil tindakan melalui instrument-instrumen demokratis untuk mengontrol kekuatan teknologi baik kepada manusia maupun kepada alam, yang merupakan unsur penting bagi keberadaan manusia.
Pendekatan STM dalam IPS tidak perlu disusun dalam pokok bahasan baru, melainkan dapat disisipkan pada pokok-pokok bahasan yang telah ada. Dengan pendekatan STM ini dapat memberikan gambaran utuh tentang berbagai aspek kehidupan manusia. Tetapi harus diketahui bahwa dengan digunakannya pendekatan STM dalam pembelajaran IPS akan dibangun suatu dimensi baru, yang lebih menekankan pada segi pragmatis yang mengungkapkan hal-hal yang bermanfaat dan berhubungan langsung dengan aspek kehidupan siswa.
Agar pelaksanaannya pembelajaran dengan pendekatan STM dapat berhasil dengan baik, maka sebagai seorang guru kiranya penting untuk mengetahui tahap-tahapnya.
Adapun tahap-tahap implementasi pendekatan STM dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.       Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi, dan eksplorasi) yang mengemukakan isu/masalah actual yang ada di masyarakat.
b.      Tahap pembentukan konsep, yaitu siswa membangun atau mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
c.       Tahap aplikasi konsep atau penyelesaian masalah, yaitu menganalisis isu/masalah yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasar konsep yang telah dipahami siswa.
d.      Tahap pemantapan konsep, dimana guru memberikan pemahaman konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
e.       Tahap evaluasi, dapat berupa evaluai proses maupun evaluasi hasil.



Menurut Poedjiadi (2005), pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui tiga macam strategi, yaitu:
1)      Strategi pertama, menyusun topik- topik tertentu yang menyangkut konsep-konsep yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Pada strategi ini, di awal pembelajaran (topik baru) guru memperkenalkan atau menunjukkan kepada peserta didik adanya isu atau masalah di lingkungan anak atau menunjukkan aplikasi sains atau suatu produk teknologi yang ada di lingkungan mereka. Masalah atau isu yang ada di lingkungan masyarakat dapat pula diusahakan agar ditemukan oleh anak sendiri setelah guru membimbing dengan cara-cara tertentu. Melalui kegiatan eksperimen atau diskusi kelompok yang dirancang oleh guru, akhirnya dibangun atau dikonstruksi pengetahuan pada anak. Dalam hal ini, pengetahuan yang berbentuk konsep-konsep.
2)      Strategi kedua, menyajikan suatu topik yang relevan dengan konsep-konsep tertentu yang termasuk dalam standar kompetensi atau kompetensi dasar. Pada saat membahas konsep-konsep tertentu, suatu topik relevan yang telah dirancang sesuai strategi pertama dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dengan demikian program STM merupakan suplemen dari kurikulum.
3)      Strategi ketiga, mengajak anak untuk berpikir dan menemukan aplikasi konsep sains dalam industri atau produk teknologi yang ada di masyarakat di sela-sela kegiatan belajar berlangsung. Contoh-contoh adanya aplikasi konsep sains, isu atau masalah, sebaiknya diperkenalkan pada awal pokok bahasan tertentu untuk meningkatkan motivasi peserta didik mempelajari konsep-konsep selanjutnya, atau mengarahkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan dibahas sebagai apersepsi.





Menurut Varella (1992) dalam Widyatiningtyas (2009), evaluasi dalam STM meliputi ruang lingkup aspek:
a.       Pemahaman konsep sains dalam pengalaman kehidupan sehari-hari.
b.      Penerapan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains untuk masalah-masalah teknologi sehari-hari.
c.       Pemahaman prinsip-prinsip sains dan teknologi yang terlibat dalam alat-alat teknologi yang dimamfaatkan masyarakat.
d.      Penggunaan proses-proses ilmiah dalam pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
e.       Pembuatan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kesehatan, nutrisi, atau hal-hal lain yang didasarkan pada konsep-konsep ilmiah.














BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
STM adalah pendekatan terpadu antara sains teknologi dan masyarakat yang bertujuan enghasilkan peserta didik yang mampu memecahkan dan mengatasi masalah dalam lingkungan kehidupannya di masyarakat. Pola keterpaduan sains teknologi dan  masyarakat ada beberapa macam yaitu keterpaduan proses dan produk, keterpaduan objek, keterpaduan antar bidang, dan keterpaduan berbasis masalah. Jenjang atau tingkatan SD kelas tinggi menggunakan pola keterpaduan berbasis masalah, sedangkan untuk kelas rendah menggunakan keterpaduan antar bidang studi.
Dengan pendekatan STM diharapkan siswa memeliki pengalaman dengan proses ilmiah. Penerapan ilmu harus selalu dikembangkan agar pengetahuan yang diperoleh di sekolah menjadi relevan dengan kehidupan sehari hari. Antara sains tekonologi dan masyarakat sangat erat kaitannya. Kemajuan sains dan teknologi berdampak terhadap masyarakat, misalnya terjadi perubahan sosial, timbul masalah masalah sosial dan terjadi goncangan fisik dan psikis di dalam masyarakat. Peran IPS dalam kaitannya dengan kemajuan sains dan teknologi, adalah mengkounter berbagai maslaah sosial. IPS juga dijadikan media dalam memberikan pemahaman tentang sains dan teknologi kepada masyarakat, khususnya siswa sebagai peserta didik.

B.     Saran
STM sebagai pendekatan dalam pembelajaran harus mampu ditanamkan dengan baik di Indonesia meskipun banyak permasalahan atau kendala yang dihadapai dalam proses pelaksanaannya.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan mengenai pembelajaran strategi pembelajaran geografi namun kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan, karena melihat masih banyak hal hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Observasi Anak Berkebutuhan Khusus

BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang    Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda deng...