Minggu, 11 Juni 2017

Laporan Observasi Anak Berkebutuhan Khusus



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
   Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat.Belum semua penyebab anak berkebutuhan khusus dapat diketahui, namun sudah banyak faktor penyebab yang dapat kita ketahui. Berdasarkan waktu terjadinya, ada beberapa penyebab anak berkebutuhan khusus. Penyebab pertama terjasi pada masa prenatal, yaitu penyebab yang terjadi sebelum kelahiran. Artinya, pada saat janin masih berada dalam kandungan, sang ibu terkena virus, mengalami trauma atau salah minum obat. Penyebab kedua pada masa prenatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat proses kelahiran, seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, dan proses kelahiran dengan penyedotan (di-vacuum). Penyebab ketiga pada masa postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya kecelakaan jatuh atau  terkena penyakit tertentu. Observasi yang dilakukan di Kelas II A/B SLB Dharma Asih Pontianak diharapkan bisa menambah pengalaman dan meningkatkan pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pendidikan anak berkebutuhan khusus di SLB Dharma Asih Pontianak?
2.      Bagaimana dengan mata pelajaran yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus di SLB Dharma Asih?
C.     Tujuan
1.      Mengetahui bagaimana pendidikan anak berkebutuhan khusus di SLB Dharma Asih Pontianak
2.      Mengetahui mata pelajaran apa saja yang diberikan untuk anak berkebutuhan khusus di SLB Dharma Asih


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Sekolah Luar Biasa
Pendidikan di Indonesia mempunyai berbagai macam tingkat dan jenis yang diperuntukkan pada anak Indonesia dengan berbagai karakteristik dan kemampuan serta kebutuhan yamg berbeda. Begitu juga dengan Anak Berkebutuhan Khusus. Anak anak ini mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan dan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus ini bersekolah di Sekolah Luar Biasa atau yang biasa disingkat dengan SLB.
Pendidikan nasioanl bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
   Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan tersebut maka setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Seperti tertuang dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 1 bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Hal ini suatu satuan pendidikan yang diselenggarakan tidak membedakan jenis kelamin, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat kemampuan ekonomi, dan tidak terkecuali juga para penyandang cacat. Khusus bagi para penyandang cacat juga disebutkan dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2 bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan khusus yang dimaksud adalah pendidikan luar biasa.
           Pendidikan luar biasa, seperti yang termuat dalam Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 50: menjelaskan bahwa pendidikan diarahkan pada pengembangan sikap dan kemampuan kepribadian anak, bakat, kemampuan mental, dan fisik sampai mencapai potensi mereka yang optimal. Pendidikan luar biasa bertujuan untuk membekali siswa berkebutuhan khusus untuk dapat berperan aktif didalam masyarakat. Dalam PP No. 72 tahun 1991 dijelaskan bahwa :
   Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan (www.theceli.com/dokumen/produk/pp/1991/72-1991.html).
   Dalam penyelengaran pendidikan luar biasa, Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa mengklasifikasikan pendidikan kedalam lima bidang, yaitu:
◦                 SLB/A, untuk para tunanetra
◦                 SLB/B, untuk para tunarungu
◦                 SLB/C, untuk para tunagrahita
◦                 SLB/D, untuk para tunadaksa
◦                 SLB/E, untuk para tunalaras
                Setiap anak diklasifikasikan dan dimasukkan ke dalam golongan kebutuhan mereka dan memperoleh kebutuhan yang disediakan di sekolah yang sesuai dengan kebutuhan mereka.Disekolah tersebut kemudian mereka diajari oleh tenaga pengajar yang khusus menangani kebutuhan mereka masing-masing, dengan alat alat bantu yang dibutuhkan sesuai dengan golongan kebutuhan mereka.

B.     Anak Berkebutuhan Khusus di Kelas II A/B SLB Dharma Asih Pontianak
 Pada kesempatan kali ini, kelompok kami mendapat kesempatan untuk mengobservasi tentang pendidikan di kelas II A/B SLB Dharma Asih Pontianak. Kelas II A/B ini merupakan kelas gabungan antara kelas II A dan kelas II B karena jumlah murid yang sedikit, namun dikelas ini tetap diajar oleh dua orang guru. Pada kelas ini terdapat beberapa jenis anak berkebutuhan khusus antara lain ada anak tunagrahita, tunaganda, dan autis. Berikut nama peserta didik di kelas II A/B beserta ketunaannya :

Kelas II A
No
Ketunaan
Nama
Jenis kelamin
1
C1
Audityhia Derasta
Perempuan
2
C1
Fahzihad Ramadhan
Laki-laki
3
C
Ikhsan Saifulloh
Laki-laki
4
C1
Muhammad Redha
Laki-laki
5
C1
Nazwa Azzahra
Perempuan

Kelas II B
No
Ketunaan
Nama
Jenis Kelamin
1
Au
Fairuszsyahrun Nawa
Perempuan
2
D1/Ganda
Figo Alexander
Laki-laki
3
C1
Fitri Maryati Sirefar
Perempuan
4
C1
Maulyda Salsabila Putri
Perempuan
5
C1
Wilsen
Laki-laki

1.      Tunagrahita
Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation).Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yng ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan berkembang.
Pada kelas II A anak tunagrahita digolongkan menjadi dua tipe, yaitu :
a.       Educabel
 Pada kategori ini anak-anak yang bersekolah adalah yang mampu didik atau yang disebut dengan anak-anak dengan retardasi mental ringan. Mereka dapat dididik sampai dengan kelas 5 atau 6 sekolah dasar dan dapat dikategorikan kedalam ketunaan C.
b.      Trainable
Kategori Trainable atau mampu latih dapat diberikan pada anak-anak dengan retardasi mental moderat, yang bisa dilatih merawat dirinya sendiri, pertahanan diri, cara makan, minum, dan mandi, dan dapat juga dilatih untuk berkerja agar dapat mencari nafkah sendiri nantinya. Anak-anak ini dikategorikan dalam ketunaan C1.
Metode pengajaran yang dilakukan oleh guru kelas II A/B SLB Dharma Asih Pontianak menurut hasil observasi yang kami lakukan ialah tergantung dari kategori yang mereka sandang contohnya pada saat observasi, guru mengajarkan Audityhia Derasta atau yang dipanggil Audi yang masuk dalam kategori tunagrahita C1 tentang merawat dirinya sendiri, makan dan minum dengan benar. Guru mengajarkan audi untuk mengelap mulutnya yang penuh dengan ileran/air liur dengan menggunakan sapu tangan. Audi dituntun untuk mengelap mulutnya sendiri. Serta pada saat bel istirahat berbunyi, guru mengajarkan murid-muridnya untuk makan dengan menggunakan tangan kanan dan tidak berantakan, disini menunjukan bahwa guru mengajarkan murid-muridnya untuk dapat merawat dirinya sendiri, cara makan dan minum yang baik. Selain itu pada saat pembelajaran guru menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara yang jelas. Ada beberapa anak yang harus melakukan kontak mata terlebih dahulu agar mau menuruti perkataan gurunya dan suara guru yang mengajar harus jelas. Sehingga guru dapat membangun komunikasi yang baik dengan murid sehingga murud merasa nyaman saat belajar.


2.      Autisme
 Pada kelas II B terdapat satu anak yang tergolong Autis atau pada tabel ketunaan disingkat dengan Au yang berarti autis. Pada kelas ini hanya Fairuszsyahrun Nawa yang masuk dalam ketunaan autis. Autisme adalah suatu gangguan perkembangan  yang kompleks  menyangkut komunikasi,  interaksi  sosial,  kognisi, dan  aktivitas  imajinasi. Seseorang  baru  dapat  dikatakan termasukkategori  Autisme,  bila  ia  memiliki hambatanperkembangan dalam tiga aspek yakni kualitas kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas  yang  kurang  dalam  kemampuan  komunikasi  timbal  balik, minat  yang  terbatas disertai  gerakan-gerakan  berulang tanpa  tujuan. Ketiga hal tersebut terdapat dalam Firuszsyahrun Nawa atau yang dipanggil Nawa. Pada saat observasi, kami mencoba melakukan komunikasi kepada Nawa dan yang terjadi adalah tidak adanya komunikasi timbal balik, dimana pada saat kami mencoba bertanya hal-hal dasar seperti nama dan umur namun Nawa tidak dapat memahaminya, serta guru yang berada didalam kelas mengatakan bahwa Nawa tidak dapat diajak berkomunikasi dengan baik, hanya kadang-kadang saja ia dapat mengerti apa yang kita maksud melalui isyarat. Emosional yang dimiliki oleh Nawa terbilang cukup cukup sensitif, ia akan marah jika ada temannya yang menyentuh barangnya.
Metode pembelajaran yang dilakukan guru pada Nawa yaitu dengan mengajarkannya secara individual atau one by one, guru akan datang kebangku Nawa dan mengajarkannya tentang pelajaran hari itu. Dimana pada saat observasi yg kami lakukan guru mengajarkan tentang buah-buahan dan cara mewarnainya. Menurut guru yang mengajar Nawa, ia mengatakan bahwa anak autis akan mudah mengerti pelajaran dengan visual seperti gambar-gambar. Maka dari itu guru tersebut menggambarkan beberapa buah-buahan pada buku Nawa, memberi contoh cara mewarnainya kemudian menyuruh nawa untuk mewarnainya sendiri serta dibawah gambar buah-buahan tersebut terdapat nama dari buah tersebut seperti apel, jeruk dan lain-lain.  Selain itu Guru juga mengajarkan nawa agar dapat berkomunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik dimana bukan hanya guru yang dapat mengerti maksud perkataan Nawa tapi Nawa juga diajarkan agar dapat mengerti maksud perkataan guru. Dalam hal ini guru mengajarkan komunikasi dalam bentuk isyarat atau gerak tubuh. Guru berkata-kata dan disertai dengan gerakan tubuh yang mengarah pada maksud dari perkataannya seperti saat guru mengatakan “tidak boleh” maka guru tersebut mengatakan kata “tidak boleh” disertai dengan gerakan isyarat atau gerak tubuh geleng-geleng kepala dan gerakan tangan yang mengarah pada maksud dari perkataannya tersebut.


3.      Ganda
Istilah lain yang digunakan untuk menyebut anak tunaganda adalah anak tunamajemuk anak cacat ganda anak cacat majemuk multiple handicaps multiple disabilities.
Tuna ganda adalah anak-anak yang mempunyai masalah-masalah jasmani,mental atau emosional yang sangat berat atau kombinasi dari berbagai masalah, memerlukan pelayanan pendidikan,sosial, psikologis dan medik yang melebihi pelayanan program pendidikan luar biasa reguler,agar potensi mereka dapat berkembang secara maksimal sehingga berguna dalam partisipasi di masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Klasifikasi anak Tunaganda
Pada dasarnya ada beberapa kombinasi kelainan, di antaranya:
1. Kelainan utamanya tunagrahita.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetrainilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
2. Kelainan utamanya tunarungu.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
3. kelainan utamanya tunanetra.
Gabungannya dapat berwujud tunalaras, tunarungu, dan kelainan yang
4. Kelainanan utamanya tunadaksa.
Gabungannya dapat berwujud tunagrahita, tunanetra, tunarungu, gayaemosi, dan kelainan lain.
5. Kelainan utamanya tunalaras.
Gabungannya dapat berwujud austisme dan pendengaran.
6. Kombinasi kelainan lain.

Pada kelas ini hanya Figo Alexander yang masuk kedalam kelompok tunaganda yakni kelainan utamanya tunadaksa dan gabungannya yaitu tunagrahita. Tuna Daksa
Berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan. Perilaku yang ditunjukkan Figo yakni selalu menyendiri,selama jam pelajaran Figo tidak pernah terlihat sekalipun berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang disekitarnya baik teman-teman maupun gurunya. Figo hanya fokus menonton video dari Handphone yang dibawanya dan sesekali Figo mengeluarkan kaset-kaset miliknya yang dibawanya  dan melihat gambar-gambar yang ada pada kulit kaset tersebut. Saat diajak berkomunikasi oleh gurunya Figo hanya diam dan tidak ada respon dari Figo. Karena Figo merupakan anak yang menderita tunadaksa yakni kelainan pada indra pendengarannya sehingga pada saat guru menjelasakan dan mengajak Figo untuk berkomunikasi, sang guru harus memperbesar volume suara dan memberikan penekanan kata agar Figo dapat mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya.

C.     Mata Pelajaran
Dari segi mata pelajaran anak-anak berkebutuhan khusus di kelas II A/B juga mendapatkan pelajaran berupa mata pelajaran Tematik, Penjas Adaptif, Agama dan Budi Pekerti, Program Khusus dan SBK.
1.      Tematik
Anak Berkebutuhan Khusus juga diberikan mata pelajaran tematik . Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.
2.      Penjas Adaptif
Pendidikan Jasmani Adaptif Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan Anak Luar Biasa memiliki masalah dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian Anak Luar Biasa bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sangat besar dan akan mampu mengembangkan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.
3.      Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan agama yang diberikan sesuai dengan agama dari masing-masing anak berkebutuhan khusus.
4.      Program Khusus
Mata pelajaran program khusus diberikan pada anak-anak kelas 3 keatas. Rangkaian kegiatan yang dilakukan peserta didik antara lain belajar cara memakai baju dan celana dengan benar, belajar cara menyikat gigi dengan baik dan benar,belajar menjahit dan juga belajar memasak



BAB III
A.     Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus (ABK) mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan dan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus ini bersekolah di Sekolah Luar Biasa atau yang biasa disingkat dengan SLB. Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan. Observasi yang dilakukan di kelas II A/B SLB Dharma Asih Pontianak bertujuan untuk lebih memahami cara belajar anak berkebutuhan khusus dan cara mengajar guru-guru di SLB Dharma Asih Pontianak khususnya di kelas II A/B. Pada kelas ini terdapat beberapa jenis anak berkebutuhan khusus antara lain ada anak tunagrahita, tunaganda, dan autis. Pengajaran yang diberikanpun pada masing-masing anak berbeda sesuai dengan kebutuhan dan jenis ketunaan yang diderita anak.

B.     Saran
Sebagai calon guru kita sudah seharusnya lebih memahami cara mendidik dengan baik sehingga menghasilkan hasil didik yang lebih optimal. Dan juga dengan mempelajari dan mengobservasi pendidikan di Sekolah Berkebutuhan Khusus diharapkan pengalaman dan pengetahuan yang kita dapatkan bisa kita implementasikan ke kehidupan kita sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Observasi Anak Berkebutuhan Khusus

BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang    Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda deng...