Jumat, 09 Juni 2017

PRINSIP-PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR

Pengenalan Kurikulum

Kurikulum berbasis kompetensi atau disingkat menjadi  KBK, yang disebut juga Kurikulum 2004. Kurikulum ini mulai diberlakukan pada tahun pelajaran 2004. Kurikulum ini oleh pengembangnya (Pusat kurikulum dan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasonal) disebut kurikulum baru” karena berbeda dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1994 .
Pada tahun 2006, Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) telah menyusun contoh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilengkapi dengan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya tidak jauh berbeda dengan Kurikulum 1994 dan 2004. Salah satu persamaannya adalah berbasis kompetensi.

Sejarah Singkat KBK

Kurikulum berbasis kompetensi (competency based curriculum, CBC) ini sebenarnya bukan barang baru. Pada tahun 1970-an gagasan mengenai KBK ini sudah dikembangkan di Amerika dengan istilah yang agak berbeda  Bahkan, pendidikan dan latihan berbasis kompetensi telah dilaksanakan sejak 1960-an di Amerika.
 Di negeri kita sendiri, gagasan mengenai KBK ini telah dikembangkan dan dilaksanakan di lembaga pendidikan guru pada tahun 1980-an dengan Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi (competency based teacher education, CBTE). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, KBK secara de fakto telah dilaksanakan sejak berlakunya Kurikulum 1994 walaupun tidak secara utuh. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pada Kurikulum 1994 pun, tujuan Akhir dari pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kompetensi komunikatif. Kompetensi komunikatif ini dalam KBK yang berlaku sekarang juga merupakan capaian akhirnya. Kompetensi ini meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis .

Pengertian KBK

KBK adalah kurikulum yang didasarkan atas prinsip relevansi, terutama relevansi pendidikan dengan dunia kerja.Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dapat menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat industri dan dunia kerja. Oleh karena itu, kurikulum ini berusaha menerjemahkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup di masyarakat dgn seperangkat kompetensi kompetensi yang diajarkan di sekolah. Di samping itu, yang termasuk dalam kebutuhan itu juga dengan masalah sosial-budaya, moral.

Prinsip-prinsip KBK

            Bila kita cermati pada hakikatnya antara KBK dan Kurikulum 1994 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak ada perbedaan yang sangat mencolok (signifikan). Seperti yang diungkapkan dalam berbagai bahan sosialisasi  antara Kurikulum 1994 terdapat persamaan dalam hal indikator hasil belajar, komponen, tujuan, prinsip pembelajaran kegiatan pembelajaran.
Indikator hasil belajar dalam kedua kurikulum itu sama yaitu aktivitas belajar yang tecermin pada empat keterampilan berbahasa
Tujuan pembelajaran mencakup tiga komponen, yaitu
1.      Pemahaman
2.      Penggunaan, dan
3.      Kebahasaan.

Prinsip pembelajaran yang digunakan KBK sama dengan Kurikulum 1994, yaitu terpadu, berkesinambungan, dan berdasarkan konteks pengalaman peserta didik yang alamiah.
Kedua kurikulum ini memuat beberapa butir rambu-rambu yang sama atau mirip, misalnya sebagai berikut:
1.     Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan  kemampuan  anak  berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
2.      Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan memperluas wawasan. Kompetensi dasar mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis,bersastra, dan kebahasaan. Aspek-aspek tersebut mendapat porsi yang seimbang dan disajikan secara terpadu.

Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan KBK, sebagai berikut.

1.      Menekankan pembelajaran yang bermakna.
2.      Menggunakan metode dan media yang bervariasi.
3.      Menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
4.      Memberikan pengalaman belajar yang kaya, mendapatkan, mengolah/ mengembangkan, mengaplikasikan teori/konsep, memecahkan masalah, dan menemukan hal baru.
5.      Memberikan keseimbangan antara kegiatan klasikal, kelompok, dan individual.
6.      Memberikan keseimbangan antara teori dan praktik, di kelas, di luar kelas, dan di   lapangan.
7.      Memprioritaskan suasana pembelajaran yang atraktif, motivatif, kooperatif, dan  bersahabat.

Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi,kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup peserta didik yang pada gilirannya dapat membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar-mengajar guru harus menggunakan berbagai metode/strategi untuk mencapai kompetensi tertentu.

Ciri-ciri kegiatan belajar-mengajar yang menunjang pencapaian kompetensi individual yang meliputi sebagai berikut.

1.      Pembalikan makna belajar.
2.      Berpusat pada peserta didik.
3.      Belajar dengan mengalami.
4.      Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional.
5.      Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan.
6.      Belajar sepanjang hayat.
7.      Perpaduan kemandirian dan kerjasama.


Prinsip - prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

1.      Prinsip Kontekstual

Apa yang dimaksud dengan prinsip kontekstual itu?  adalah pembelajaran yang dilakukan secara konteks, baik konteks linguistik maupun konteks nonlinguistik. Sementara Depdiknas (2002:5) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu hakikat bahasa adalah sebuah sistem. . Salah satu hakikat bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994: 2) yang mengatakan, bahwa bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi.

Manakah yang dimaksud dengan subsistem dari bahasa itu?  Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat subsistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur tersebut saja. Pada waktu berbicara, kita menggunakan kata. Kata disusun menjadi kalimat. Kalimat diucapkan dengan menggunakan intonasi yang tepat. Dalam kaitan ini, secara tidak sadar, kita telah memadukan unsur fonologi (lafal, intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik (makna kalimat).

2.       Prinsip Fungsional

            Didalam  Kurikulum 2004.  dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prisip pembelajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2002: 10-11).

3.       Prinsip Apresiatif

Istilah prinsip apresiatif berasal dari kata kerja dalam bahasa Inggris ”appreciati” yang berarti menghargai, menilai, menjadi kata sifat “appresiative” yang berarti senang (Echols dan Shadel). Kata “apresiasi” berarti “penghargaan”. Istilah apresiatif dapat dimaknai dengan yang “menyenangkan”. Jadi prinsip apresiatif berarti prinsip pembelajaran yang menyenangkan. Menilik artinya tersebut berarti prinsip ini tidak hanya berlaku bagi pembelajaran sastra, tetapi juga bagi pembelajaran aspek yang lain, bahkan untuk mata pelajaran di luar mata pelajaran bahasa Indonesia. Bagaimana pembelajaran sastra yang menyenangkan itu? Pembelajaran sastra yang menyenangkan adalah yang mengagumkan. Bagaimana pula ciri pembelajaran yang menyenangkan itu? Mudah saja, kita perhatikan peserta didik kita pada saat kita bercerita. Umpamanya kita   bercerita tentang “Kerbau dan Harimau” seperti berikut.

·         Saat mereka menyimak, cerita tersebut kita hentikan dengan tiba- tiba. Perhatikan  bagaimana keadaan dan sikap atau  tanggapan peserta didik Anda. Kalau terlihat mereka kecewa, berarti cerita Anda menarik.
·         Berikutnya, guru mengajukan pertanyaan.
Guru: “Bagaimana perasaanmu terhadap nasib kerbau tadi?”
                      Peserta didik: “Kasihan, Pak!"
                      Guru: “Mau diteruskan?”
                      Peserta didik: “Mau, teruskan Pak!”
·         Kalau dialog seperti di atas berlangsung  dengan berbagai tanggapan di kelas  Anda,berarti Anda berhasil membuat peserta didik kagum, menyenangkan,  dan     menarik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Observasi Anak Berkebutuhan Khusus

BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang    Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda deng...