Pengenalan Kurikulum
Kurikulum berbasis
kompetensi atau disingkat menjadi KBK,
yang disebut juga Kurikulum 2004. Kurikulum ini mulai diberlakukan pada tahun
pelajaran 2004. Kurikulum ini oleh pengembangnya (Pusat kurikulum dan Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasonal) disebut kurikulum
baru” karena berbeda dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1994 .
Pada tahun 2006, Badan Nasional Standar
Pendidikan (BNSP)
telah menyusun contoh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dilengkapi dengan silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Prinsip-prinsip yang
terdapat di dalamnya tidak jauh berbeda dengan Kurikulum 1994 dan 2004. Salah
satu persamaannya adalah berbasis kompetensi.
Sejarah Singkat KBK
Kurikulum berbasis kompetensi (competency
based curriculum, CBC) ini sebenarnya bukan barang baru. Pada
tahun 1970-an gagasan mengenai KBK ini sudah dikembangkan di Amerika dengan
istilah yang agak berbeda Bahkan,
pendidikan dan latihan berbasis kompetensi telah dilaksanakan sejak 1960-an di
Amerika.
Di
negeri kita sendiri, gagasan mengenai KBK ini telah dikembangkan dan
dilaksanakan di lembaga pendidikan guru pada tahun 1980-an dengan Pendidikan
Guru Berdasarkan Kompetensi (competency based teacher education, CBTE). Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, KBK secara de fakto telah dilaksanakan
sejak berlakunya Kurikulum 1994 walaupun tidak secara utuh. Hal ini disebabkan
oleh kenyataan bahwa pada Kurikulum 1994 pun, tujuan Akhir dari pembelajaran
bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kompetensi komunikatif.
Kompetensi komunikatif ini dalam KBK yang berlaku sekarang juga merupakan
capaian akhirnya. Kompetensi ini meliputi keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis .
Pengertian KBK
KBK adalah kurikulum
yang didasarkan atas prinsip relevansi, terutama relevansi pendidikan dengan
dunia kerja.Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dapat menghasilkan
lulusan yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat industri dan dunia
kerja. Oleh karena itu, kurikulum ini berusaha menerjemahkan
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup di
masyarakat dgn seperangkat kompetensi kompetensi yang diajarkan di sekolah. Di samping itu, yang termasuk dalam kebutuhan itu juga dengan
masalah sosial-budaya, moral.
Prinsip-prinsip KBK
Bila kita
cermati pada hakikatnya antara KBK dan Kurikulum 1994 dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia tidak ada perbedaan yang sangat mencolok (signifikan). Seperti
yang diungkapkan dalam berbagai bahan sosialisasi antara Kurikulum 1994 terdapat persamaan
dalam hal indikator hasil belajar, komponen, tujuan, prinsip pembelajaran kegiatan pembelajaran.
Indikator hasil belajar dalam kedua
kurikulum itu sama yaitu aktivitas belajar yang tecermin pada empat
keterampilan berbahasa
Tujuan pembelajaran mencakup tiga komponen, yaitu
1. Pemahaman
2. Penggunaan, dan
3. Kebahasaan.
Prinsip pembelajaran yang digunakan KBK
sama dengan Kurikulum 1994, yaitu terpadu, berkesinambungan, dan berdasarkan
konteks pengalaman peserta didik yang alamiah.
Kedua kurikulum ini memuat beberapa butir rambu-rambu yang sama atau
mirip, misalnya sebagai berikut:
1. Pada hakikatnya belajar bahasa
adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan anak
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
2.
Pembelajaran bahasa, selain
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan memperluas
wawasan. Kompetensi dasar mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis,bersastra, dan kebahasaan. Aspek-aspek tersebut mendapat porsi yang
seimbang dan disajikan secara terpadu.
Prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai
dengan KBK, sebagai berikut.
1. Menekankan pembelajaran yang bermakna.
2. Menggunakan metode dan media yang bervariasi.
3. Menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
4. Memberikan pengalaman belajar yang kaya, mendapatkan, mengolah/ mengembangkan, mengaplikasikan
teori/konsep, memecahkan masalah, dan menemukan hal baru.
5. Memberikan keseimbangan antara kegiatan klasikal, kelompok, dan
individual.
6. Memberikan keseimbangan antara teori dan praktik, di kelas, di luar
kelas, dan di lapangan.
7. Memprioritaskan suasana pembelajaran yang atraktif, motivatif,
kooperatif, dan bersahabat.
Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut
diwujudkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang
efektif, kontekstual, dan bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kompetensi,kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,
kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup peserta didik yang pada gilirannya dapat membentuk watak
serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Oleh karena itu, dalam kegiatan
belajar-mengajar guru harus menggunakan berbagai metode/strategi untuk mencapai
kompetensi tertentu.
Ciri-ciri kegiatan belajar-mengajar yang
menunjang pencapaian kompetensi individual yang meliputi sebagai berikut.
1. Pembalikan makna belajar.
2. Berpusat pada peserta didik.
3.
Belajar dengan mengalami.
4.
Mengembangkan keterampilan
sosial, kognitif, dan emosional.
5.
Mengembangkan keingintahuan,
imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan.
6.
Belajar sepanjang hayat.
7.
Perpaduan kemandirian dan
kerjasama.
Prinsip - prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia SD
1. Prinsip Kontekstual
Apa yang dimaksud dengan
prinsip kontekstual itu? adalah
pembelajaran yang dilakukan secara konteks, baik konteks linguistik maupun
konteks nonlinguistik. Sementara Depdiknas (2002:5) menjelaskan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang
diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan dalam kehidupan
sehari-hari.
Salah satu hakikat bahasa
adalah sebuah sistem. . Salah satu hakikat bahasa adalah suatu sistem. Hal ini
senada dengan pendapat Maksan (1994: 2) yang mengatakan, bahwa bahasa adalah
suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan
yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu
berkomunikasi.
Manakah yang dimaksud
dengan subsistem dari bahasa itu?
Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat
subsistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada saat kita menggunakan
bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur
tersebut saja. Pada waktu berbicara, kita menggunakan kata. Kata disusun
menjadi kalimat. Kalimat diucapkan dengan menggunakan intonasi yang tepat.
Dalam kaitan ini, secara tidak sadar, kita telah memadukan unsur fonologi
(lafal, intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik (makna
kalimat).
2.
Prinsip Fungsional
Didalam Kurikulum 2004. dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prisip pembelajaran
bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan
fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk
hidup (Purnomo, 2002: 10-11).
3. Prinsip Apresiatif
Istilah prinsip apresiatif
berasal dari kata kerja dalam bahasa Inggris ”appreciati” yang berarti
menghargai, menilai, menjadi kata sifat “appresiative” yang berarti senang
(Echols dan Shadel). Kata “apresiasi” berarti “penghargaan”. Istilah apresiatif dapat dimaknai dengan yang
“menyenangkan”. Jadi prinsip apresiatif berarti prinsip pembelajaran yang
menyenangkan. Menilik artinya tersebut berarti prinsip ini tidak hanya berlaku
bagi pembelajaran sastra, tetapi juga bagi pembelajaran aspek yang lain, bahkan
untuk mata pelajaran di luar mata pelajaran bahasa Indonesia. Bagaimana
pembelajaran sastra yang menyenangkan itu? Pembelajaran sastra yang
menyenangkan adalah yang mengagumkan. Bagaimana pula ciri pembelajaran yang
menyenangkan itu? Mudah saja, kita perhatikan peserta didik kita pada saat kita
bercerita. Umpamanya kita bercerita
tentang “Kerbau dan Harimau” seperti
berikut.
·
Saat mereka menyimak, cerita tersebut
kita hentikan dengan tiba- tiba. Perhatikan bagaimana keadaan dan sikap
atau tanggapan peserta didik Anda. Kalau terlihat
mereka kecewa, berarti cerita Anda menarik.
·
Berikutnya,
guru mengajukan pertanyaan.
Guru: “Bagaimana perasaanmu terhadap nasib kerbau tadi?”
Peserta didik: “Kasihan,
Pak!"
Guru: “Mau diteruskan?”
Peserta
didik: “Mau, teruskan Pak!”
·
Kalau dialog seperti di atas
berlangsung dengan berbagai tanggapan di
kelas Anda,berarti Anda berhasil membuat
peserta didik kagum, menyenangkan,
dan menarik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar